Setiap bunga yang mekar pasti akan berkembang lalu layu. Bunga matahariku warnanya kuning terang. Bunga matahariku akan mulai redup kali ini. Namun masih banyak bunga matahari yang tumbuh berkembang dan layu milik gadis-gadis kecil itu, sampai dunia tutup usia.

Mengapa bunga itu tanpa nama, lalu orang menamakannya si bunga matahari? Konon, matahari ingin mencari teman setia yang bisa menemaninya kala siang dan redup kala malam.
Setitik benih suci bewarna tak berwarna menghampiri dan menyapa matahari di ufuk timur, dan ia berkata “Hai Matahariku, aku dengar kau sedang mencari teman? bukankah kau punya banyak teman di galaksi bimasakti ini?” sapanya sambil tersenyum.

“Ah, mereka itu kan sibuk dengan edaran planet dan kometnya… lagipula aku punya teman yang lebih besar dari aku. suatu saat, aku akan dimakan matahari yang lain karena dayaku akan habis” Ujar matahari sambil tersenyum ceria.

“Oh, begitukah? kalau begitu, teman seperti apa yang kau cari matahariku?” Ujar benih itu berharap.

“Aku mencari teman di planet bumi, teman kecilku bicara saat aku terang. Kau tau, aku tak pernah tidur atas kuasa Illahi.. makanya aku cari teman bicara” terang matahari.

“Kalau begitu, aku mau jadi temanmu” pinta si benih kecil.

“Oh ya? kamu begitu kecil teman, mana ada yang tahan bicara denganku setiap saat? aku begitu panas dan bisa membuat siapun mencair dan berpeluh… lihat kau begitu kecil, bagaimana jadinya bila kau berjemur di depan diriku setiap hari setiap waktu?”

“Dengar matahari, entah mengapa, begitu aku lahir di dunia ini… sepertinya Tuhan memintaku untuk mencintaimu” Benih kecil itu tertawa ceria.

“Memangnya kau sudah tanya pada Tuhan?”

“Aku sudah tanyakan pada-NYA, bolehkah aku menjadi pendampingmu kala bersinar semenit lalu. Lalu IA bilang boleh-boleh saja”

“Coba kutanyakan pada-NYA” lalu matahari pergi seharian bertanya pada ILLAHI meninggalkan si benih yang penuh dengan harapan.

Matahari pun akhirnya datang dan bersinar, si benih kecilpun berseri-seri.
“Bagaimana tadi? Bolehkan? Demi Alloh, aku sudah bertanya padanya… tapi kau tak percaya padaku, jangan-jangan kau bujuk TUHAN supaya aku tak jadi pendampingmu” Benih kecil cerewet bukan main. Mataharipun tertawa.

“Baik, kau boleh berteman denganku… Tuhan mengijinkan engkau… mulai saat ini, kau jadi kekasihku” matahari ikut senang.

“Apa kau tanya pada Tuhan, aku akan jadi pohon apa?”

“Kau mau tau? Kau akan jadi bunga si matahari, kau akan menemaniku sepanjang hari, bicara padaku dan tak berpaling dariku sedetikpun ketika bicara padaku… apa kau kuat kekasihku?”

“Aku kuat duhai kekasih baruku, mulai saat ini… aku akan selalu menemanimu kemanapun kau berputar seperti bulan yang setia pada ibuku si bumi” ujar benih itu senang.

“Kalau begitu, mulai sekarang biarlah orang tahu kalau kau kekasihku… maka itu kau akan kupanggil bunga matahari, kekasihku” ujar matahari lembut.

Putik dan Serbuk bertemu menghasilkan benih-benih baru bunga matahari. Warnanya kecoklatan, si hamster kecil pun lahap memakan bijih bunga matahari. Rasanya gurih mencerminkan keceriaan milik kekasih matahari. Itu mengapa bunga matahari mengikuti arah matahari, dari pagi hingga sore lalu layu. Namun tak lantas kelayuan itu meruntuhkan akar dan batangnya. Mati satu tumbuh seribu, sangat indah kekasih-kekasih matahari di kebun milikku.

Bunga matahari mencerminkan setiap individu yang setia pada pasangan hidupnya. Diri ini ingin seperti bunga matahari, setiap orang ingin seperti bunga matahari, tak terkecuali selebriti. Namun, dapatkah cinta kita semurni dan sekuat bunga matahari yang tetap semangat walaupun ditengah terik matahari?
Aku akan melayu, melayu seperti bunga – bunga itu. Seseorang pernah berkata, kecantikan akan termakan usia. Tapi tidak dengan pikiran kita. Banyak menyesalkan kecantikan luar dan dalamku tak tereksplor dengan baik. Aku seharusnya menjajal selebritas… ah, memang asik kelihatannya, tapi aku sangat tidak gila dengan popularitas fanatisme manusia moderen ini.

Sedikit aku menyesal, namun aku masih bisa bertahan karena masih bisa mensyukuri aku bukan tidur di trotoar dan pinggir jalan ataupun kardus-kardus kumal nan kusam.

Pepatah pernah berkata, popularitas yang baik akan timbul atas kuasa Illahi. Biarlah popularitas itu tumbuh dan berkembang dengan baik tanpa harus materi semata. Muhammad SAW, Musashi Miyamoto, Tsun Zu, Toyotomi Hideyoshi, Sallahuddin, Johann Sebastian Bach, Isaac Newton, Gallileo Gallilei…. mereka terkenal bukan mau mereka. Tapi mereka terkenal atas kontribusi mereka pada dunia. Mereka tak butuh popularitas, yang mereka butuhkan hanya bagaimana agar karya ajaib mereka dapat digunakan, setidaknya bagi orang sekeliling mereka meskipun banyak mengorbankan banyak jiwa dan setidaknya bagaimana merubah hal yang buruk menjadi lebih baik lagi. Itulah popularitas mereka… Popularitas yang abadi seperti cinta bunga matahari pada matahari, seperti cinta abadi ILLAHI pada umatnya….

19th June 2008
@ New Office

…I LOVE WORKING AND WRITING A LOT…